Sabtu, 24 Desember 2011

Skuad “Dream Team” Barcelona 1992


Jauh sebelum era Franks Rijkaard dan Guardiola bersama gelar Liga Champions yang mereka raih, tim fantastis pertama peraih gelar Liga Champions yang mengakhiri penantian panjang fans Barcelona, adalah “Dream Team” yang diasuh oleh Johan Cruyff.

20 Mei 1992 adalah hari bersejarah bagi FC Barcelona. Saat itu mereka mengakhiri penantian panjang akan si kuping besar Trofi Liga Champions yang sebelumnya selalu lolos dari tangan punggawa Catalan.

Kekalahan menyakitkan atas Benfica (Final Champions 1961) dan Steaua Bucuresti (Final Champions 1986) akhirnya benar-benar bisa terlupakan dengan kemenangan 1-0 atas Sampdoria di Stadion Wembley, London.

Tendangan bebas Ronald Koeman 9 menit sebelum babak tambahan waktu berakhir mengantarkan Barcelona menang atas Sampdoria dan berhasil mengangkat trofi Liga Champhions untuk kali pertama!
19 tahun telah berlalu sejak kompetisi ini sekarang bernama Liga Champions, liga untuk para juara.
Kita sekarang akan melihat kehidupan tiap pemain yang berlaga di final Wembley 1992 itu. Di mana dan apa yang mereka lalukan sekarang. Tulisan ini dibuat oleh  Ibrahim Ayyub dan dimuat di Totalbarca.com.

Starting eleven saat final adalah: 
Andoni Zubizarreta, Albert Ferrer, Ronald Koeman, Nando, Juan Carlos, Josep Guardiola, Eusebio Sacristán, José Maria Bakero, Michael Laudrup, Julio Salinas, Hristo Stoichkov.


Andoni Zubizarreta
Zubizarreta adalah kiper utama untuk skuad “Dream Team” yang memenangkan empat gelar La Liga berturut-turut. Dia berhasil membuat clean sheet saat final lawan Sampdoria yang mengantarkan Barca meraih piala holy grail kompetisi kasta tertinggi Eropa. Kendati demikian, pertandingan terakhirnya berakhir buruk ketika Barca kalah 0-4 atas Milan pada Piala Eropa. Dia kemudian bermain empat tahun bersama Valencia sebelum akhirnya pensiun sebagai pemegang rekor pemain yang paling banyak tampil di Liga Spanyol (622 pertandingan). Zubi juga menjadi pemain yang paling banyak membela Tim Nasional Spanyol.

Setelah pensiun bermain pada 1998, dia menjadi komentator olahraga untuk RNE dan TVE (1999-2000). Pada 2001, Zubi dikontrak menjadi Direktor Sport Athletic Bilbao dan bertahan selama tiga tahun di posisi itu sebelum akhirnya dipecat. Dia sekarang menghabiskan waktunya sebagai konsultan kepemimpinan “Make A Team”, unit bisnis dari Inmar Group yang fokus pada training pengembangan sumber daya manusia. Dia juga menjadi komentator laga Liga Champions di RTVE. Utamanya sekarang ini dia menjadi Direktur Sport FC Barcelona.

Albert Ferrer

Albert “Chapi” Ferrer adalah bek kanan di “Dream Team”. Dia memulai kariernya sebagai pemain muda pada tahun 80-an dan bergabung di tim utama pada 1990 setelah satu tahun dipinjamkan ke CD Tenerife.

Dia tampil bersama skuad utama Barcelona selama delapan tahun dan memenangkan lima gelar La Liga, 1 gelar Liga Champions, 1 Piala Winer, dan 3 gelar Copa Del Rey. Chapi kemudian bergabung dengan Chelsea selama lima tahun sampai kemudian pensiun pada 2003.

Dia sekarang menjadi komentator olahraga untuk TV3, La Sexta dan beberapa penampilan di Sky Sport News dan Sky Revista De La Liga musim lalu.

Dia pernah ditunjuk sebagai pelatih kepala Vitesse Arnhem di Liga Belanda pada Oktober tahun lalu. Sayangnya, dia hanya mampu mengantarkan Vitesse finish di urutan 15 dan kemudian dipecat bulan Juni tahun ini.

Ronald Koeman

Pemain asal Belanda Ronald Koeman bergabung bersama Barcelona pada musim panas 1989 dari PSV Eindhoven. Koeman adalah seorang pemain bertahan dengan naluri menyerang tinggi. Dia juga dikenal sebagai eksekutor penalti dan juga seorang penembak jarak jauh, seperti yang dilakukannya kala Barcelona melawan Porto. Tendangan bebasnya saat final Champion melawan Sampdoria akan terus dikenang oleh fnas Barcelona. Karena gol itulah Barca akhirnya meraih gelar Raja Eropa yang telah dua kali lolos di final. Koeman pergi dari Camp Nou pada musim panas 1995 dan pulang ke Belanda, bermain bersama Feyenoord selama dua tahun. Setelah itu dia gantung sepatu.

Setelah pensiun, Koeman menjalani hari-harinya sebagai pelatih. Ia pernah menjadi asisten pelatih Guus Hiddink saat Belanda mengikuti putara Final Piala Dunia 1998. Setelah itu dia menjadi manajer klub Vitesse tahun 2000. Dia meninggalkan Vitesse di pertengahan musim kompetisi untuk bergabung dengan Ajax dan memenangkan dua gelar domestik. Selama empat tahun di Ajax dia memenangkan beberapa gelar. Kendati demikian, banyak hasil mengecewakan juga yang dia dapat.

Dia keluar dari Ajax dan melatih Benfica, yang kemudian akan dikalahkan Barca pada perempat final Liga Champions 2005/2006. Koeman selanjutnya menggantikan Hiddink di PSV dan memenangkan Liga Belanda. Setelah itu dia menggantikan Quique Flores di Valencia pada musim 2007-2008. Koeman tak bertahan lama di Valencia kendatipun dia sana dia memenangkan Copa Del Rey.

Koeman pulang ke Belanda dan melatih klub belanda AZ yang sebelumnya diarsiteki oleh Louis van Gaal pada 2009. Sayangnya, AZ memecat Koeman setelah 16 pertandingan. Dia sekarang menjadi pelatih Feyenoord.

Nando

Fernando Muñoz García menghabiskan dua musim bersama Barcelona sebagai bek tengah. Dia mengawali karirnya di Barcelona sejak 1990 setelah sebelumnya membela Sevilla. Nando setelah itu memperkuat rival bebuyutan Barca, Real Madrid selama empat tahun, dan Espanyol pada 1996. 

Nando pensiun setelah itu akibat cedera. Tidak ada kabar dia terlibat dengan aktivitas yang berbau sepakbola. Dia menghabiskan masa-masa pensiunnya di Seviila dan berkecimpung dalam bisnis real estate.

Juan Carlos
Juan Carlos Rodríguez Moreno, atau biasa disebut Juan Carlos, masuk “Dream Team” dari Atlético Madrid. Dia adalah seorang fullback yang juga dapat bermain di kiri ataupun kanan. Juan Carlos bertahan di FC Barcelona selama tiga tahun, satu tahun kemudian bersama Valencia dan empat tahun berikutnya bersama klub asalnya Real Valladolid, sampai pensiunnya setelah musim 98-99.

Dia sekarang menjadi president “Asociación de Veteranos” (Veterans Association) dari klub Real Valladolid. Dia memegang posisi itu sejak 2005.

Josep Guardiola
Apalagi yang mau dikatakan tentang pria satu ini? Ok, mari melihat perjalanan unik Guardiola. Setelah karir gemilang bersama FC Barcelona, Guardiola pergi ke Itali untuk bergabung bersama Roma dan Brescia, juga kemudian klub Qatar Al-Ahli. Dia mengakhir karir sebagai pemain bola bersama klub Mexico Dorados de Sinaloa pada 2006.

Dia mengambil cuti satu tahun dari sepakbola sebelum kemudian kembali ke Camp Nou dan langsung melatih FC Barcelona. Baru setahun bersama Barcelona B Guardiola langsung dipromosikan menggantikan Frank Rijkaard yang dipecat setelah hasil buruk di musim 2007-2008.

Cerita Guardiola selanjutnya identik dengan cerita kejayaan Barcelona selama tiga musim terakhir. Tahun pertama menangani tim utama Barcelona, Guardiola menjadikan Blaugrana sebagai tim pertama dalam sejarah La Liga yang berhasil memenangkan tiga gelar dalam satu musim.

Dia menjadi satu dari sedikit pelatih yang sukses meraih trofi Liga Champion, baik sebagai pemain maupun pelatih. Tiga musim menangani Barca, dia telah memberikan 12 gelar, melewati apa yang sudah diraih oleh Johan Cruyff. Raihannya adalah 3 gelar La Liga, 2 gelar Liga Champions, 3 gelar Super Copa, 2 gelar Piala Eropa, 1 gelar Copa Del Rey dan 1 gelar Piala Dunia antar Klub FIFA.

Eusebio Sacristán
Eusebio datang ke Camp Nou dari Atlético Madrid sebelum musim 1988-1989 dimulai dan menjadi gelandang tengah “Dream Team”. Bersama Barcelona dia memenangkan 4 gelar La Liga berturut-turut, Piala Winner dan Trofi Liga Champions. Pada musim 1994-1995 dia bermain untuk Celta Vigo dan kemudian Real Valladolid sebelum akhirnya pensiun pada 2002.

Dia kembali ke Camp Nou sebagai asisten Frank Rijkaard. Bersama Ten Cate dia membantu Rijkaard memenangkan dua gelar La Liga berturut-turut dan satu gelar Liga Champions. Dia sekali lagi meninggalkan Camp Nou seiring kepergian Rijkaard.

Eusebio selanjutnya menjadi pelatih Celta Vigo pada Maret 2009 tapi dipecat pada Juni 2010. Sekarang ini, dia kembali lagi ke Camp Nou untuk mengurusi Barca B setelah Luis Enrique pergi ke AS Roma.

José Maria Bakero
Bakero meninggalkan Real Sociedad dan bergabung dengan FC Barcelona pada 1988. Dia berada di Camp Nou sampai musim 1996-1997. Dia adalah seorang gelandang serang untuk “Dream Team”. 

Karirnya bersama Barcelona ditandai dengan gelar Liga Champions , 2 Pial Winner, 4 gelar La Liga dan 2 gelar Copa Del Rey. Selanjutnya dia bermain di Mexico bersama klub Veracruz sebelum akhirnya pensiun.

Setelah gantung sepatu, dia kembali ke Camp Nou sebagai asisten pelatih Llorenç Serra Ferrer (Barcelona B) dan kemudian Louis Van Gaal di tim utama. Jose kemudian sekali lagi pergi ke Mexico pada 1999 untuk melatih Puebla, tapi hasilnya buruk.

Dia kembali ke Spanyol dan melatih Málaga B menggantikan Antonio Tapia pada pertengahan musim 2004-2005 dan menyelamatkan tim dengan finish di urutan 17.

Pada Agustus 2005, dia kembali ke Real Sociedad sebagai Direktur Sport, tetapi diangkat menjadi pelatih pada bulan Maret 2006. Sekali lagi dia menyelamatkan tim dari degradasi dengan finish di urutan 16. Kendati demikian, dia dipecat setelah tujuh pertandingan sesudahnya karena hasil yang buruk. Dia kemudian membantu kompatriotnya, Ronald Koeman pada 2007, sebagai asisten di Valencia, tetapi baik Koeman maupun Jose dipecat pada musim itu juga karena hasil buruk.

Dia kemudian terbang ke Polandia pada 2009 dan melatih Polonia Warszawa selama semusim, dan sekarang Jose menjadi pelatih Lech Poznan sejak November tahun lalu.

Michael Laudrup
Salah satu pemain besar FC Barcelona yang juga menghancurkan hati para penggemar Barca adalah legenda Denmark Michael Laudrup. Pada 1989, Juventus menjual Laudrup ke Barcelona. Di Camp Nou, bersama dengan Amor, Bakero dan Guardiola, dia berhasil membuat “Dream Team” menjadi tim yang mematikan siapa saja lawannya.  Dia memainkan peran penting atas gelar La Liga Barca empat tahun berturut-turut.

Secara menyedihkan, dia meninggalkan Barcelona setelah bertengkar hebat degan Johan Cruyff. Sebagian orang menduga, Michael punya hubungan khusus (asmara?) dengan anak perempuan Johan Cruyff.

Perlabuhan Laudrup selanjutnyalah yang membuat geram pada fan Barcelona. Dari Barcelona dia pindah ke Real madrid. Di Bernabeu, dia membantu Real Madrid menghentikan langkah Barcelona meraih gelar La Liga lima kali berturut-turut.

Dia masih bertahan satu tahun di Madrid sebelum kemudian bergabung dengan klub Jepang bersama klub Vissel Kobe dan setelahnya bersama Ajax Amsterdam. Dia gantung sepatu setelah Piala Dunia 1998.

Dua tahun setelah pensiun, dia kembali ke aktivitas sepakbola, kali ini sebagai asisten pelatih tim nasional Swedia. Dia selanjutnya menjadi arsitek dari mantan klubnya Brøndby, setelah Piala Dunia 2002. Dari 2002 sampai 2006, Laudrup menangani Brøndby dan meraih dua gelar liga dan dua piala domestik.

Dia meninggalkan Brøndby dan kembali ke Spanyol sebagai pelatih Getafe untuk musim 2007-2008. Dia berhadapan dengan rekan “Dream Team” lain, Ronald Koeman yang kala itu menangani Valencia, pada Final Copa Del Rey (yang dimenangkan oleh Valencia). Michael juga kalah dari Bayern Munich di perempat final piala UEFA.

Dia keluar dari setelah satu musim dan menghabiskan waktunya menangani Spartak Moscow sebelum kemudian kembali ke Spanyol melatih Mallorca musim lalu.

Julio Salinas
Julio Salinas adalah seorang penyerang tengah. Dia bergabung ke Barcelona sebelum musim 1988-1989 dari Atlético Madrid. Karirnya berhenti di musim 1994-1995. Bersama Blaugrana dia memenangkan Liga Champions, Piala Winners (dia mencetak gol di final), dan empat gelar La Liga.

Dia kemudian bermain untuk Deportivo La Coruña, Sporting Gijón, Yokohama Marinos di Jepang dan Alavés sebelum pensiun pada tahun 2000.

Setelah gantung sepatu, dia menjadi komentator di TVE. Dia juga menjadi seorang penulis di blog El Mundo Deportivo musim lalu. Dia juga menjadi pembaca acara di La Sexta sejak 2006. Dia juga bermain di pertunjukan “Mira quién baila!”, dalam bahasa Indonesia berarti “Menari bersama bintang-bintang” pada 2009.

Hristo Stoichkov

Pemain legendari Bulgaria ini bergabung bersama Barcelona dari CSKA Sofia pada1990. Gol-gol yang dibuatnya untuk Azulgrana mengantarkan “Dream Team” meraih empat gelar La Liga berturut-turut. Bersam Bakero, dia terlibat dalam merancang tendangan bebas Ronald Koeman  yang mengantarkan Barca menang atas Sampdoria pada Final Liga Champions 1992 di Wembley.

Dia dikenal sebagai pemain yang meledak-ledak dan gol-golnya yang fantastis. Pemain ini temperamental dan pernah menginjak kaki wasit yang mengantarkannya dihukum tak boleh bermain selama dua bulan.

Musim 1994-1995, Hristo pergi ke Parma selama satu tahun, tapi kemudian kembali ke Barcelona dan mengantarkan Barca -  yang kala itu dikomandani Bobby Robson - memenangkan Copa Del Rey dan Piaala Winners.

Dia kemudian jarang dimainkan di era kepelatihan van Gaal. Musim berikutnya dia meninggalkan Barca untuk selama-lamanya sebagai pemain dan kemudian membela CSKA Sofia, Al-Nassr, Kashiwa Reysol, dan Chicago Fire, dan D.C. United di 2003. Setelah itu dia pensiun dari bermain sepakbola.

Sejak itu, Hristo terlibat di manajemen Barcelona bersama Frank Rijkaard. Setelah itu melatih tim nasional Bulgaria pada 2004. Hristo dipecat setelah tiga tahun tanpa hasil yang memuaskan. Tim pertama yang dilatihnya adalah Celta Vigo pada 2007, tapi dua tahun kepelatihannya tak memuaskan. Dia pun dipecat.

Dia kemudian dikontrak sebagai pelatih di African Selatan, Mamelodi Sundowns FC, pada June 2009 tetapi keluar pada Maret 2010.

Pria berwatak keras ini kemudian digosipkan menjadi kandidat beberapa klub di Rusia. Klub Rostov adalah akhir dari karier kepelatihannya. Hristo kemudian ditunjuk untuk bekerja di konsulat Bulgaria di Barcelona oleh Perdana Menteri Bulgaria, yang juga adalah temannya, Boyko Borisov.

(Catatan penulis  Ibrahim Ayyub: I would like to thank my friends Sonia, Xavi (no, not that Xavi) and Dutch reporter Ernst Bouwes for their help in this research. If you know of any updates or mistakes, please feel free to let me know so we can correct it)

Visca Barca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar